Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”.
Contact us: Cell Phone: 021-972-01110 email: nicegold.mailtous@gmail.com

Rabu, 02 Desember 2009


Banyak sekali orang berinvestasi hanya mengikuti trend sesaat, berita di Koran…manut grubyug istilah jawanya. Bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.

Trend sesaat, apalagi berita di koran sering sekali misleading terhadap pembacanya. Bahkan oleh koran keuangan dunia sekaliber Financial Times sekalipun. Koran hanya menulis apa yang dipandang up-to-date dan menarik bagi pembaca saat itu, belum tentu yang terbaik dalam konteks kebutuhan investasi kita.

Financial Times misalnya, pada tahun 2004 menulis editorial dengan judul The Death of Gold – maka banyak orang terpengaruh ; tetapi kemudian dua pekan lalu (05/1/09) mereka mempublikasikan tulisan yang 180 Derajat berlawanan dengan judul “ There is Only One Alternative To The Dollar” – apalagi kalau bukan emas ?.

Bayangkan hanya dalam rentang kurang dari 5 tahun, koran yang sama bisa berbalik arah 180 derajat. Padahal untuk kepentingan investasi, horizon kita harus panjang – sepuluh, dua puluh bahkan lebih dari 40 tahun.

Mengapa demikian ?. Kebanyakan kita mulai bekerja awal usia 20-an tahun, akan pensiun pertengahan 50-an tahun – ini sudah 30 tahun. Ekspektasi hidup orang Indonesia adalah sampai 71 tahun, berarti hasil kerja keras kita diharapkan bisa dinikmati sampai sekitar 16 tahun setelah pensiun. Kalau dihitung dari awal kita bekerja (mulainya kita membayar dana pensiun) – maka rentang waktu antara mulai menabung sampai terakhir menikmatinya bisa sampai 46 tahun !.

Untuk emas, misalnya kita bisa lihat kinerjanya 40 tahun terakhir dalam grafik diatas. Para penentang investasi emas, biasanya menggunakan periode bearish 1980-2000 (20 tahun) sebagai argument-nya. Bahwa Emas bisa berpuluh tahun bearish atau menunjukkan trend yang menurun.

Sebaliknya para pendukung investasi emas, menggunakan periode bullish 2001-2008 sebagai argument. Bahwa hanya dalam waktu kurang dari separuhnya (8 tahun), seluruh penurunan yang terjadi di masa bearish sudah lebih dari ter-recover.

Keduanya benar karena keduanya menunjukkan fakta statistik; hanya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi kedepan kita butuh lebih dari sekedar angka-angka statistik. Kita butuh informasi apa yang sebenarnya terjadi dibalik periode bearish atau bullish tersebut.

Bila dipandang sebagai salah satu produk investasi (demikianlah dunia memandangnya sekarang) – emas bersaing dengan investasi lainnya di dunia seperti deposito, bond dan terutama saham beserta produk-produk turunannya. Ketika orang berburu saham, maka dana untuk investasi di emas otomatis berkurang dan harga emas cenderung jatuh. Inilah yang terjadi selama periode bearish emas 1980-2000.

Sebaliknya ketika orang mulai ragu dengan saham dan produk-produk turunannya, ragu dengan deposito uang kertas, maka orang mencari alternative investasi yang lebih aman – maka emas lah yang paling menjanjikan keamanan investasi ini. Inilah yang terjadi di periode bullish emas sejak 2001 sampai sekarang.

Setelah mengalami gonjang-ganjing investasi tahun lalu yang sampai saat ini belum mereda, kedepan investor akan lebih cerdas dan realistis dalam memilih produk investasi. Perburuan saham secara global tanpa analisa yang cerdas seperti yang terjadi pada masa 1980-2000, lebih besar kemungkinannya untuk tidak terjadi dibandingkan kemungkinannya untuk terjadi.


Masyarakat investor kini sadar bahwa yang mereka buru selama ini adalah pepesan kosong; gelembung yang dengan mudah collapse. Sebagai contoh, grafik disamping menujukkan hal ini. Dow Jones yang naik sampai 14.74 kalinya pada periode bullish-nya saham (berarti bearish-nya emas), ternyata tidak didukung oleh pertumbuhan GDP yang sebanding – peda periode tersebut GDP Amerika hanya tumbuh 1.65 kali saja !. Sangat jelas dari data ini bahwa gelembung (buble) saham seperti yang ditunjukkan oleh the Dow – memang tidak di dukung oleh real economy.

Jadi kalau masyarakat investor dunia masih percaya investasi bubble, maka emas masih bisa saja akan turun…tetapi saya lebih percaya sebaliknya, yaitu masyarakat investor akan lebih cerdas dan lebih hati-hati setelah krisis ini. Artinya harga emas akan cenderung naik seperti yang selama ini kami prediksi. Wallahu A’lam.


Ditulis oleh Muhaimin Iqbal ( GeraiDinar.com)


0 komentar:

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP